Jumat, 13 November 2009

INDONESIAKU MINIMALISIRKAN KEMISKINAN HARTA DAN MORAL

Miskin??? Bukan hal yang asing lagi terdengar dan sesungguhnya banyak orang miskin yang ada di sekitar kita. Kemiskinan merupakan angka relatif yang cukup rumit untuk dipatok karena setiap orang mempunyai sudut pandang tersendiri tentang kemiskinan itu sendiri. Misalnya si A menganggap si B miskin sedangkan si C tidak menganggap si B miskin dan misalnya si D pada bulan Juni mempunyai tiga perusahaan tetapi pada bulan Juli ia sudah bangkrut, sehingga kemiskinan seseorang cukup sulit diukur dan terkadang antara lembaga satu dengan yang lainnya memiliki tingkat persentase kemiskinan yang berbeda pada suatu wilayah. Terlepas dari pengukuran kemiskinan, kemiskinan tetap saja suatu kategori yang tidak baik dan sangat tidak diharapkan oleh seseorang maupun sebuah negara.

Kemiskinan merupakan musuh terbesar suatu bangsa untuk memajukan bangsanya di era globlasisasi dan modernisasi seperti sekarang ini. Hal inilah yang sedang dialami Bangsa Indonesia, sebagai negara berkembang yang memiliki persentase angka kemiskinan sebesar 17,7% atau sekitar 39 juta penduduk Indonesia tergolong kategori penduduk miskin (data BPS). Persentase kemiskinan ini hanya dilihat dari segi ekonomi, sedangkan jika dilihat dari segi lainnya, Indonesia juga memiliki kemiskinan moral dengan semakin banyaknya kasus kriminalitas yang terjadi dan menambah miskinnya Indonesia ditengah kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki. Apakah negara yang kaya ini harus terpuruk dengan kemiskinannya?

Tidak semudah membalikkan tangan untuk meminimalisirkan kemiskinan yang ada di Indonesia, terlebih lagi semenjak krisis moneter yang melanda Indonesia dipertengahan tahun 1997 yang memporak-porandakan perekonomian di Indonesia sehingga kenaikan inflasi di Indonesia mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah Bangsa Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti Indonesia tidak dapat lepas dari kemiskinan yang menjeratnya, dengan adanya kebijakan Pemerintah yang tepat, dukungan dan kesadaran masyarakat, serta pemanfaatan kekayaan SDA Indonesia yang tepat dan perealisasian bahwa Indonesia merupakan Negara Agraris, maka menjadikan Indonesia sebagai negara maju bukanlah khayalan belaka.

Sekilas kita balik ke belakang ke masa akhir orde lama, di saat Indonesia mengalami inflasi sampai kurang lebih 500% (hiperinflasi) dan harga barang melambung tinggi, Bapak Pembangunan kita, Pak Harto di masa orde baru dapat menstabilkannya bahkan dengan program Pelita (Pembangunan Lima Tahun) Indonesia dapat mengekspor beras dan menjadi Negara Swasembada Pangan. Serta pada tahun 1970-1996 perekonomian meningkat sebanyak 6% per tahun dan terjadi penurunan kemiskinan yang signifikan, walaupun di masa pemerintahan orde baru banyak kejanggalan yang terjadi baik pada distribusi pendapatan maupun penguasaan pada kelompok tertentu. Di segala kekurangan dan kelebihan masa orde baru, bangsa Indonesia dapat terlepas dari kemiskinan yang marak terjadi seperti saat ini. Apakah di saat ini tiada Pak Harto, Pak Harto lainnya yang dapat mengentaskan kemiskinan di Indonesia dan menutupi kekurangan Alm. Pak Harto dalam membangun Negara Indonesia?

Terarah pada kemiskinan yang terjadi sekarang ini, banyak penyebab yang membuat angka kemiskinan di Indonesia semakin naik. Mulai dari takdir seperti bencana alam sampai perbuatan masyarakat sendiri yang memiliki kemiskinan moral walaupun terkadang dia memiliki kekayaan harta benda. Dan yang paling terasa adalah beberapa kebijakan yang diambil oleh Pemerintah yang memiliki pondasi yang kuat tetapi bahan untuk membangun gedungnya tidak sekokoh pondasi yang dibangun, sehingga terkadang kebijakan untuk menyejahterakan masyarakat tidak tepat pada sasarannya dan menambah kesengsaraan yang dialami masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki penghasilan yang sangat rendah bahkan masyarakat yang tidak berpenghasilan sama sekali alias pengangguran.

Kebijakan yang diambil pemerintah seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) tidak kena pada sasarannya. Seperti yang diungkapkan Direktur Centre for Information and Development Studies (Cides) Umar Juaro, “Bantuan cash transfer (langsung tunai) memang perlu, tapi sifatnya hanya temporer.” Bukan hanya sifatnya yang temporer atau dalam jangka waktu tertentu saja, tetapi juga berakibat memanjakan masyarakat karena banyak masyarakat yang mengharapkan BLT bahkan masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi juga ikut serta dalam penerimaan dana BLT. Pemberian BLT juga diikuti dengan naiknya harga-harga barang di pasaran sehingga warga miskin yang tidak mendapat dana BLT semakin terpuruk dalam kemiskinannya. Dana BLT ini mungkian akan lebih baik jika diubah ke bentuk pelatihan bagi masyarakat kurang mampu dan yang kemudian diberikan modal berupa barang yang dipinjamkan oleh Pemerintah sehingga masyarakat lebih ulet bekerja dan menekan angka pengangguran di Indonesia yang saat ini mencapai angka 10,4% (data BPS).

Setiap kebijakan yang diambil Pemerintah sebaiknya diawali dengan penyuluhan terhadap masyarakat sehingga mendapat dukungan dari masyarakat yang merupakan objek dari kebijakan itu sendiri. Langkah Pemerintah untuk mengganti minyak tanah menjadi gas merupakan langkah yang tepat dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia saat ini karena kuantitas minyak bumi yang menurun tetapi di Indonesia memiliki kekayaan gas alam yang diperkirakan mampu untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Akan tetapi kebijakan ini hanya di sosialisasikan kepada masyarakat tentang tujuan dan maksud, tetapi kurangnya sosialisasi tentang cara penggunaan dan menjaga keamanan dalam pemakaian gas, sehinggga membuat masyarakat yang sudah memiliki kompor dan tabung gas kembali menggunakan minyak tanah dan parahnya karena langkanya minyak tanah ada masyarakat yang kembali menggunakan kayu bakar untuk memasak kebutuhan sehari-harinya.

Layakkah Indonesia yang dikenal sebagai negara yang agraris mengimpor beras dari luar negeri karena kebutuhan pangan dalam negeri tidak tercukupi? Letak geografis Indonesia merupakan aset yang sangat berharga terutama di bidang pertanian, kesuburan tanah dengan hujan sepanjang tahun tidak perlu diragukan lagi. Dengan kebijakan yang tepat dan dukungan masyarakat dalam pemanfaatan tanah yang subur ini, tidak diragukan lagi jika beberapa tahun kedepan Indonesia dapat mengekspor beras ke luar negeri. Bidang pertanian sudah harus lebih digalakkan lagi, petani harus lebih diberikan penyuluhan juga peminjaman pupuk, bibit unggul, insektisida, dan alat pertanian dengan syarat pengembalian peminjaman tersebut dikembalikan dari 10% hasil pertanian. Dengan cara demikian, diharapkan petani di Indonesia lebih mengembangkan pertaniannya dan memiliki hasil yang tidak kalah dari beras impor. Hal ini juga dapat dilakukan di sektor-sektor lainnya, seperti di sektor perikanan karena Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dengan wilayah perairan dan memiliki segudang kekayaan laut yang sangat berpotensi menaikkan ekonomi negara dan khususnya masyarakat pesisir pantai.

Cara terdini untuk meminimalisirkan kemiskinan adalah dengan pendidikan, jika pendidikan sudah berada di jalan yang tepat maka akan memudahkan mengusir kemiskinan dari tanah air. Pendidikan yang harus dikembangkan bukan hanya yang berupa sains tetapi juga pengembangan akhlak dan moral perlu ditingkatkan sehingga kepedulian dan kesadaran masyarakat lebih terasa dan sadar akan posisinya masing-masing. Pendidikan yang murah merupakan dambaan setiap masyarakat dan sebaiknya pendidikan murah ini bukan hanya untuk sekolah negeri tetapi juga sekolah-sekolah luar biasa yang didalamnya terdapat anak-anak cacat fisik ataupun mental yang masih bisa diasah menjadi orang berguna di Indonesia. Pendidikan juga diharapkan lebih menjangkau masyarakat yang tergolong miskin karena biasanya dana untuk orang miskin diambil alih ‘masyarakat miskin moral’ sehingga sasaran Pemerintah tidak tercapai sesuai harapan.

Pendidikan yang merata bagi masyarakat di seluruh Indonesia merupakan aset berharga karena Indonesia dapat memiliki SDM yang bukan hanya berkuantitas banyak tetapi juga berkualitas tinggi, SDM yang banyak bukan menjadi penghalang tetapi menjadi penunjang untuk menglola SDA yang ada. Pengelolaan SDA di Indonesia juga dapat diambil alih oleh masyarakat Indonesia yang memiliki potensi bukan masyarakat asing, sehingga masyarakat Indonesia yang memiliki SDA benar-benar memilikinya bukan menjadi budak di kekayaan alam yang dimiliki.

Meminimalisirkan kemiskinan yang ada di Indonesia bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menjadikan Indonesia yang memiliki segudang kekayaan alam menjadi sebuah negara maju di era globalisasi. Dengan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, beberapa tahun kedepan Indonesia dapat menunjukkan ‘garuda’nya di tengah dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar